Komputasi linguistic
Linguistik komputasi (bahasa
Inggris: computational linguistics) adalah bidang antardisiplin yang mengkaji
pemodelan bahasa alami dengan statistika dan berbasis aturan dari sudut pandang
komputasi. Pemodelan ini tidak dibatasi pada suatu bidang tertentu dari
linguistik. Bidang studi yang dilibatkan dalam linguistik komputasi di
antaranya adalah ilmu komputer, kecerdasan buatan, matematika, logika, ilmu
kognitif, psikologi kognitif, psikolinguistik, dan antropologi.
Computational Linguistic (CL) ialah
salah satu bidang computer science yang fokus pada interaksi antara manusia
dengan komputer melalui bahasa alami. NLP merupakan salah satu cabang dari
Artificial Intelligence (AI) dalam upaya memahami, dan menghasilkan
bahasa-bahasa alami secara otomatis. Tujuan dari NLP adalah membuat sistem
komputer menggunakan bahasa alami sebaik yang dilakukan oleh manusia, dan
komputer dapat mengolah teks dan ucapan secara cerdas. Computational
Linguistic merupakan ilmu gabungan dari Natural Language Generation (NLG), dan
Natural Language Understanding (NLU). NLG berfokus kepada proses mengubah
informasi dari database komputer menjadi bahasa manusia, sedangkan NLU mengubah
bahasa manusia ke representasi yang lebih formal sehingga program komputer
lebih mudah memanipulasi, dan memahami maksud dari bahasa alami tersebut.
Peran
Ilmu Linguistik dalam bidang Komputasi cukup penting, sebagai contoh dalam
penyusunan program komputer. Penyusunan program komputer melalui bahasa manusia
berpedoman kepada bahasa formal.
Aturan
bahasa formal yang digunakan adalah ekspresi reguler (regular expression)
melalui gramatika reguler serta gramatika bebas konteks (CF)13. Kalau komputer kita anggap sebagai alat
komputasi, maka peranan bahasa formal di dalam komputasi merupakan peranan
linguistik di dalam komputasi. Mereka berkembang menjadi linguistik
komputasional sampai menjadi disiplin tersendiri di bidang linguistik atau di
bidang informatika. Bahkan mereka digunakan juga di dalam matematika.
Linguistik komputasional tidak saja berkenaan dengan kompilator melainkan juga
melahirkan berbagai bidang ilmu seperti speech recognizer, speech synthesizer,
sampai ke penerjemahan bahasa.
Beberapa contoh yang termasuk dalam aplikasi Computational
Linguistik adalah :
1. Wordnet
WordNet merupakan
sebuah database kamus bahasa Inggris yang dikembangkan oleh
PrincetonUniversity. Perbedaan antara WordNet dengan kamus bahasa pada
umumnya adalah kamus bahasa memfokuskan pada kata sedangkan WordNet memfokuskan
diri kepada makna kata. Satu makna dalam WordNet dapat dinyatakan dengan synset (synonym
set), yaitu kumpulan kata yang merepresentasikan suatu makna. Selain dari
representasi makna, di dalam WordNet juga terdapat relasi/hubungan antar makna
seperti hipernim, hiponim, holonim, meronim, dll.
Wordnet di indonesia ialah WordNet
bahasa Indonesia yang merupakan sebuah database yang
dikembangkan oleh Lab Information Retrieval Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia. Pengembangan WordNet bahasa Indonesia
menggunakan pendekatan expand approach sehingga struktur dari
WordNet bahasa Indonesia menyerupai struktur dari WordNet yang dikembangkan
oleh Princeton University. Saat ini, WordNet bahasa Indonesia
mempunyai 1203 synset (synonym set) dan 1659 kata unik
di dalamnya. Jumlah relasi semantik yang dapat dibuat dari synsetyang
ada mencapai 2261 relasi.
2. Machine Translation
Perangkat lunak Mesin Penerjemah (Machine Translation Tool) adalah perangkat lunak yang
berfungsi untuk mengganti manusia dalam menerjemahkan teks bahasa sumber
menjadi teks bahasa sasaran. Campur tangan manusia tidak diperlukan saat proses
penerjemahan dilakukan (mungkin sebatas beberapa klik tetikus) karena semua
proses telah diprogram sebelumnya.
3. Question Answering System
Question answering system (QA
system) adalah sistem yang mengijinkan user menyatakan kebutuhan
informasinya dalam bentuk natural language question (pertanyaan
dalam bahasa alami), dan mengembalikan kutipan teks singkat atau
bahkan frase sebagai jawaban.
4. Text Summarization
Text
summarization adalah proses mengurangi dokumen teks dengan program komputer
untuk menciptakan sebuah ringkasan yang mempertahankan poin yang paling penting
dari dokumen asli. . Metode Ekstraksi bekerja dengan memilih bagian dari kata
yang ada, frase, atau kalimat dalam teks asli untuk membentuk
ringkasan.Sebaliknya, metode abstraksi membangun sebuah representasi semantik
internal dan kemudian menggunakan teknik bahasa generasi alami untuk membuat
ringkasan yang lebih dekat dengan meringkas secara manual . Metode The
state-of-the-art abstraktif masih cukup lemah, sehingga sebagian besar
penelitian telah difokuskan pada metode ekstraktif.
Dalam masyarakat global yang makin
intensif dalam pengembangan dan pemungsian teknologi, serta makin ekstensif
dalam pergaulan antarbangsa dan persaingan industri, ilmu-ilmu sosial dan
humanitas menghadapi tantangan baru untuk bisa menjelaskan ko-evolusi teknologi
dan masyarakat, dan untuk bisa turut membangun iklim yang demokratis bagi
penentuan arah dan pilihan-pilihan dalam kebijakan iptek. Di awal 1990-an di
Eropa dan AS, kesadaran demikian telah memicu tumbuh-berkembangnya
bidang-bidang multidisiplin baru di bawah payung keilmuan Science &
Technology Studies, dan pusat-pusat riset multibangsa seperti Infonomics di
Belanda. Kajian multidisiplin ini memandang lintasan perkembangan sains dan
teknologi sebagai fenomena kompleks, yang di samping berdimensi teknis, juga
berdimensi sosial, politik, dan kultural.
**
PEMERINTAH Republik Indonesia di
tahun 1962 membentuk Kementrian Urusan Riset Nasional Republik Indonesia,
sebagai antisipasi terhadap Kebijakan Pembangunan Semesta 8 Tahun (1961-1968).
Pada Kabinet Pembangunan II tahun 1978, kantor Menteri Negara Riset berubah
menjadi Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat
5 disebutkan, "Pemerintah memajukan iptek dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan bangsa."
Dalam kaitannya dengan ini
Kementrian Riset dan Teknologi (KRT) diberi tugas untuk merumuskan
kebijaksanaan, melakukan koordinasi, dan melaksanakan pengelolaan pengembangan
ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi. KRT saat ini didukung oleh tujuh Lembaga
Penelitian Non Departemen (LPND), yaitu: LIPI, Lapan, Bakosurtanal, Batan, BSN,
Bapetan, dan BPPT. Selain itu, terdapat lembaga iptek non LPND yaitu Dewan
Riset Nasional, Lembaga Eijkman, Puspiptek, Agro Techno Park, dan Pusat
Peragaan Iptek (PP Iptek).
Sepanjang tahun 2004, telah tercapai
sejumlah prestasi yang sangat membanggakan seperti aplikasi teknologi DNA (oleh
Laboratorium Forensik DNA Lembaga Eijkman) untuk mengidentifikasi korban dan
pelaku terorisme, penemuan pepaya kecil super sweet IPB-1 dan pepaya besar
IPB-2 (melalui RUSNAS), penemuan bibit padi unggul padi sawah Atomita I-IV
(oleh Batan) di Cilosari, Woyla, Merauke, dan teknologi pengawetan bahan
pangan. Bakosurtanal telah sukses menemukan Vektor Medan Laju Percepatan
Gerakan Lempeng Tektonik Aktif di wilayah Indonesia dan membuat peta perbatasan
serta peta potensi daerah. Penyatuan geoid dan datum tinggi penentuan tanggal 1
Syawal dicapai dalam program Mawaqit.
KRT, bekerja sama dengan Departemen
Sosial, melaksanakan program pemberdayaan masyarakat di Nanggroe Aceh
Darussalam melalui bantuan pembangkit listrik, peraga pendidikan, pelatihan
bagi utusan adat. Sementara itu, BPP Teknologi terus melaksanakan kajian-kajian
kelautan nasional dan internasional, dan telah melaksanakan lebih dari 100
pelayaran melalui kapal riset Baruna Jaya. Proses rancang bangun Pesawat
Terbang Tanpa Awak (remotely piloted vehicle), kapal patroli cepat 14 m dan
Teaching Industri Kelapa Sawit berskala medium, telah memasuki proses
penyelesaian.
Pada tahun 2004, sejumlah peneliti
di lingkungan LPND dan universitas memperoleh penghargaan internasional seperti
Fellowship L'Oreal-Unesco for Woman in Science, Peneliti terbaik dari Yayasan
Toray Indonesia, medali emas pada "International Exhibition of Invention
New Technique and Product" (Fakultas Perikanan Univ. Bung Hatta, Padang).
Tak kalah membanggakannya, pada tahun 2004 pelajar-pelajar Indonesia berhasil
meraih penghargaan-penghargaan internasional. George Saa, pelajar SMU Jayapura,
memperoleh The First Step to Nobel Prize di bidang fisika di Polandia,
Yudistira Virgus, siswa SMU Palembang, meraih medali emas dalam Olimpiade
Fisika Internasional di Korea Selatan. Temuan-temuan teknologi di masyarakat
awam juga bermunculan, seperti teknologi pembuat makanan pathi telo (Pathilo)
oleh Wahono, dari Gunung Kidul, teknologi listrik accu oleh H. Syaifudin dari
Mataram, Lombok, NTB.
Di samping prestasi-prestasi yang
membanggakan ini, dunia riset dan iptek Indonesia masih menghadapi tantangan
yang besar. Yang utama adalah memantapkan kebijakan riset dan iptek nasional
(national research and science & technology policies) secara lebih koheren
dan selaras dengan kebijakan-kebijakan pembangunan nasional baik berjangka
panjang, menengah, maupun pendek. Berbagai riset perlu diarahkan untuk bisa
menghasilkan information base yang absah dan komprehensif bagi pengambilan
keputusan di berbagai sektor pembangunan. Dan oleh karena pembangunan ini
bermatra jamak (multidimensional), riset-riset pendukung kebijakan perlu lebih
berpola multidisiplin, terbuka, komunikatif, dan accountable.
**
KEBIJAKAN riset pada arena global,
khususnya di negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development) tengah menghadapi tekanan untuk mengubah kinerja, efisiensi, dan
dampak dari kegiatan-kegiatan riset. Tekanan ini disebabkan oleh meluasnya
kesadaran, terutama sejak periode 1990-an bahwa riset yang didanai publik harus
bisa bermanfaat lebih dari sekadar peningkatan pengetahuan.
Kegiatan-kegiatan riset semakin
dituntut untuk bisa:
(a) meningkatkan stok pengetahuan
yang berguna,
(b) mendukung dan merangsang
interaksi sosial,
(c) menciptakan firma/industri baru,
dan
(d) menyediakan pengetahuan sosial
dan humanitas untuk menjamin kualitas kehidupan sosial.
Kebijakan riset perlu memastikan terciptanya
dampak positif dari riset terhadap keberhasilan ekonomi, kesejahteraan, daya
saing, kapasitas inovasi, kualitas kesehatan dan keamanan masyarakat, serta
kelestarian biosfer.
Untuk menjawab tuntutan-tuntutan
ini, tampaknya diperlukan sebuah kontrak sosial yang baru bagi iptek, yang
didasarkan atas jaminan bagi kolaborasi melalui mediasi politik, ekonomi, dan
sains, yang melibatkan para saintis dan aktor-aktor sosial lainnya. Para ahli
kebijakan iptek melontarkan gagasan tentang triple helix, sebuah jalinan
relasi-relasi baru dari academicians, business people, dan government agencies
(ABG), di mana konfigurasi institusional baru ditampilkan dan fungsi-fungsi
tradisional universitas dilebur.
Dalam ko-evolusi kompleks antara
teknologi dan masyarakat di abad ke-21 ini, sebuah ruang bersama yang baru
dibutuhkan: agora iptek, yakni semacam pusat kehidupan intelektual, politik,
komersial, religius, dan sosial di dalam kota. Di ruang publik ini, saintis
bertemu dan berinteraksi dengan banyak aktor-aktor sosial lain, mengangkat dan
mempertemukan nilai-nilai, dan bersimbiosis. Isu sentral dalam agora ini adalah
interaksi, yang menghubungkan produser pengetahuan dengan konsumen pengetahuan,
dalam heterogenitas aktor-aktor sosial. Dalam agora iptek ini perlu terdapat
ruang bagi indigineous technology dan traditional wisdom untuk bisa
tumbuh-berkembang dan berkontribusi dalam memperkaya khazanah iptek nusantara,
dengan bertumpu pada prinsip keterbukaan, demokrasi, non-diskriminasi.
Sejumlah permasalahan mendesak untuk
segera dijawab. Pemungsian sistem-sistem teknologi yang ada (infrastruktur
transportasi, telekomunikasi, informasi dan metrologi, energi, permukiman dan
wilayah, industri-industri migas, penambangan, pupuk, pengolahan pangan,
tekstil, dan lain-lain, infrastruktur dan perlengkapan pertahanan militer)
membutuhkan riset pengembangan dan manajemen untuk menjamin keselamatan
(termasuk kapabilitas pencegahan dan penanggulangan bencana alam), kehandalan,
dan keakraban lingkungan di dalam setting sosial-politik-kultural global yang
kompleks.
Sektor-sektor usaha dan perbankan
swasta perlu lebih diberi peranan dalam menentukan arah pengembangan iptek,
terutama dalam pengembangan komoditas-komoditas bermuatan iptek, agar bisa
menembus pasar domestik ataupun internasional. Sektor ekonomi riil memerlukan
dukungan riset untuk menyempurnakan infrastruktur (IT, energi, sumber daya air)
guna mendukung berbagai jenis kegiatan usaha, khususnya dalam menarik investor
asing ke dalam dunia usaha domestik.
Riset dasar di bidang ilmu-ilmu
informasi dan komputasi, dan bidang matematika, jika dikembangkan dengan
kebijakan yang tepat, selain akan memperkuat budaya ilmiah, juga menyediakan
basis penopang inovasi-inovasi di bidang software design & engineering untuk
berbagai macam aplikasi dan pemodelan di berbagai sektor pembangunan. Riset
dasar yang menggali potensi biodiversitas nusantara juga berpeluang tinggi
untuk berkembang menjadi teknologi yang strategis, untuk menopang ketahanan
pangan (mencakup sandang dan kesehatan), dan ketahanan dalam pertahanan. Bidang
informasi dan biodiversitas ini juga berpeluang menarik investasi riset
internasional ke dalam negeri.
Di abad ke-21 ini,
trans-disiplineritas yang menjembatani sains, ekonomi, dan politik menjadi kunci
dalam memobilisasi kapital intelektual masyarakat. Hal ini disepakati dalam
sebuah konferensi internasional di Switzerland, 2000, yang dihadiri ratusan
universitas, puluhan perusahaan dan perwakilan pemerintahan. Bukan saja
ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu fisis yang dipertemukan dalam agora/alun-alun
iptek yang baru, tetapi juga bidang-bidang humanitas (seperti sejarah,
literatur, dan filsafat). Melampaui matriks disipliner dan matriks sektoral,
tampaknya segenap Anak Bangsa semakin perlu berdialog dan berbagi peran dalam
simfoni orkestra iptek nusantara, yang menghadirkan riset dan iptek bagi
kesejahteraan, martabat, dan peradaban masyarakat hari ini dan
generasi-generasi masa depan.
Aturan bahasa formal yang digunakan adalah ekspresi reguler (regular expression) melalui gramatika reguler serta gramatika bebas konteks (CF)13. Kalau komputer kita anggap sebagai alat komputasi, maka peranan bahasa formal di dalam komputasi merupakan peranan linguistik di dalam komputasi. Mereka berkembang menjadi linguistik komputasional sampai menjadi disiplin tersendiri di bidang linguistik atau di bidang informatika. Bahkan mereka digunakan juga di dalam matematika. Linguistik komputasional tidak saja berkenaan dengan kompilator melainkan juga melahirkan berbagai bidang ilmu seperti speech recognizer, speech synthesizer, sampai ke penerjemahan bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar